Beberapa Penyakit Sapi yang Berjangkit di Indonesia : Berbagai jenis penyakit sapi sering berjangkit di Indonesia, baik yang menular maupun tak menular. Penyakit menular yang berjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak, bisa jutaan rupiah setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun, ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit radang limpa (anthrax), ribuan ternak sapi lainnya kena serangan penyakit mulut dan kuku, yang lainnya lagi korban penyakit surra, dan sebagainya.

Penyakit menular sungguh merupakan ancaman bagi para peternak. Walaupun penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi bisa merusak kesehatan ternak sapi secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan dan bahkan menghentikan pertumbuhan sama sekali.
Penyakit menular timbul karena serangan jasad renik atas tubuh hewan. Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan racun (toksin) yang bisa merusakkan jaringan tubuh penderita, menghancurkan alat-alat tubuh dan menimbulkan kematian. Jasad renik pada umumnya masuk ke dalam tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang luka, lecet atau akibat gigitan serangga dan kutu.
Para peternak tidak dituntut harus tahu masalah-masalah kedokteran hewan. Akan tetapi, mereka yang perlu ditumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit di daerahnya sesuai petunjuk dinas yang terkait. Sebab kesemuanya menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi semata-mata.
Sehubungan dengan hal itu peternak harus mengetahui penyebab, gejala dan akibat serangan berbagai penyakit, serta cara-cara pencegahan dan pembasmiannya. Beberapa penyakit yang biasa berjangkit di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Anthrax (Radang Limpa)
Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
  • Suhu badan biasanya sangat tinggi, tetapi sesudah tiga hari turun menjadi dingin
  • Nafsu makan hilang sama sekali
  • Pada awalnya, penderita sulit buang kotoran (konstipasi), tetapi kemudian menjadi diare, kotoran bercampur air, biasanya juga darah
  • Kadang-kadang darah yang keluar dari mulut, lubang hidung dan vulva
  • Kematian ternak sapi akibat pennyakit anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada sembarang waktu.
Penyebab: Penyakit anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bentuknya panjang, terbungkus kapsul. Pada kondisi yang kurang menguntungkan, bakteri ini akan membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehigga ia mampu bertahan hidup dalam segala cuaca dan dalam waktu bertahun-tahun. Penyakit juga bisa hidup dalam suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam ke dalam lapisan tanah pun tetap bisa bertahan hidup. Pada saat tanah tergenang air, dicangkul atau dibajak, mereka terangkat ke atas.
Bakteri ini selain berinfeksi pada hewan, juga bisa menular pada manusia. Sebab jenis penyakit ini termasuk zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Untuk membasmi spora ini diperlukan panas bersuhu 900C selama 45 menit dan 1000C selama 10 menit.
Penularan (penyebaran) : Pada umumnya penyebarannya melalui makanan atau kontak langsung sesama hewan yang sakit dengan hewan yang sehat.
Pencegahan (pengobatan)
  • Semua bangkai harus dibakar, demikian pula peralatan yang habis dipakai. Daging sapi yang menderita penyakit ini sama sekali tidak boleh dikonsumsi.
  • Sapi-sapi yang masih sehat divaksinasi.
  • Pengobatan dilakukan dengan antibiotik.
Penyakit Mulut dan Kuku
Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
  • Selaput lendir di dalam mulut, bibir dan gusi tampak merah, kering dan panas, yang akhirnya bagian tersebut lepuh, berisi cairan.
  • Dari mulut keluar ludah yang memanjang seperti benang.
  • Suhu tubuh tinggi, badan lesu, nafsu makan hilang.
  • Bagian pergelangan kaki dekat kuku bengkak.
Penyebab: Penyebabnya adalah virus. Virus ini hidup dalam daging dan sumsum tulang belakang bisa bertahan sangat lama.
Penularan (penyebaran)
  • Kontak secara langsung antara penderita dengan sapi-sapi yang sehat
  • Lewat makanan, air minum, air ludah dan air kencing.
  • Lewat pembawa penyakit (carrier).
Pencegahan (pengobatan)
  • Kandang dan semua peralatan diupayakan selalu bersih, disucihamakan dengan caustic soda 2 persen.
  • Hindarkan tamu keluar masuk ke dalam atau lingkungan kandang.
  • Penderita harus disendirikan.
  • Pengawasan dan pemeriksaan dilakukan secara ketat terhadap sapi-sapi yang dipotong.
  • Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik atau sulfa. Pengobatan dilakukan dengan peniciline powder. Sedangkan ransumnya ditambahkan vitamin A guna menguatkan jaringan kulit.
Surra
  • Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
  • Suhu badan naik, demam berselang-seling.
  • Muka pucat, kurang darah.
  • Nafsu makan berkurang, penderita kurus dan kehilangan berat badan.
  • Di bawah dagu dan kaki kelihatan kotor dan kering seperti bersisik.
  • Penderita menjadi letih, tak mampu bekerja.
  • Bagi yang sudah parah kena gangguan saraf, sehingga menimbulkan gerakan berputar-putar tanpa arah akibat parasit menyerang ke otak.
Penyebab :Penyebabnya adalah sejenis protozoa Trypanosoma evansi. Protozoa ini hidup di dalam darah penderita dan mengisap glukosa yang terkandung di dalam darah. Selain itu, ia mengeluarkan sejenis racun yang disebut trypanotoksin yang bisa mengganggu penderita.
Penularan (penyebaran)
Penyakit surra berjangkit dari hewan yang satu ke hewan yang lain melalui gigitan lalat penghisap darah yang disebut Tabanus. Lalat ini merupakan perantara parasit Trypanosoma dari sapi yang sakit ke sapi yang sehat. Selain lalat jenis Tabanus, lalat-lalat jenis lain pun bisa menjadi perantara. Bahkan caplak, nyamuk Anopheles dan pinjal atau kutu bisa menjadi perantara.
Pencegahan (pengobatan)
  • Penderita diasingkan di kandang yang tertutup sehingga terlindung dari gigitan lalat.
  • Penyemprotan dilakukan terhadap semua peralatan ataupun lingkungan yang banyak dihinggapi lalat.
  • Sapi yang mati akibat penyakit surra harus dibakar atau dikubur.
  • Pengobatannya menggunakan Nagonal, Arsokol, Atoxyl dan lain-lain.
Penyakit Radang Paha
Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
  • Di beberapa bagian tubuh terjadi pembengkakan, misalnya pada paha, tungging, bahu, dada, leher dan di sekitar vagina. Bagian-bagian tubuh yang bengkak ini pada awalnya hangat dan sakit, tetapi akhirnya menjadi dingin.
  • Jika bengkak di bawah kulit ditekan, seakan-akan ada gas di dalamnya.
  • Jika bengkak dipotong akan tampak benda merah, kotor bercampur gelembung berbau busuk.
  • Terjadi gangguan pernafasan dan kadang-kadang kolik pada tubuh penderita.
  • Nafsu makan hilang dan tak lama kemudian mati dalam waktu 2-5 hari.
Penyebab : Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium chanvoei. Hidupnya anaerob (tanpa udara). Bahkan bisa membentuk spora jika kondisi tidak menguntungkan. Sehingga mereka bertahan hidup cukup lama di dalam tanah ataupun di rerumputan. Spora ini akan mati di dalam air mendidih selama 15 menit dan yang terdapat di dalam daging akan mati pada temperatur 110oC selama 6 jam. Bakteri yang berada di dalam maupun di luar tubuh dapat membentuk spora.
Penularan (penyebaran) : Penularan penyakit ini melalui pakan dan luka. Biasanya bakteri masuk ke urat melalui usus, tapi spora juga bisa dengan mudah masuk melalui luka walaupun luka tersebut sangat kecil akibat gigitan lalat atau nyamuk. Sapi-sapi muda sampai umur tiga tahun menjadi sasaran penyebarannya, sedangkan pedet dan sapi-sapi tua justru lebih kebal.
Pencegahan
  • Jika di suatu daerah dipastikan telah terjangkit penyakit ini, maka semua sapi yang masih sehat harus divaksinasi.
  • Sapi-sapi yang bisa didiagnosis secara awal secepatnya dilakukan pengobatan dengan antibiotik sebab penyakit ini berkembang begitu cepat.
Brucellosis (Keguguran Menular)
Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
Penderita biasanya tidak menunjukkan suatu gejala yang menyolok. Penderita tampak biasa, nafsu makan biasa dan tidak menimbulkan perubahan klinis yang bisa diamati. Pada jantan gejala ini lebih mudah diamati. Scrotum membengkak dan membesar (hernia), nafsu makan menurun dan demam. Kadang-kadang gejala semacam ini pun tidak selalu tampak. Gejala pada sapi betina adalah terjadi keguguran pada pertengahan kebuntingan. Anak yang gugur biasanya mati dan berwarna biru kecokelatan. Anak yang lahir tetap hidup, menjadi sangat lemah tak berkembang. Ambing dan alat kelamin kadang-kadang bengkak.
Penyebab : Penyebabnya adalah bakteri Brucella abortus Bang.
Penularan (penyebaran)
  • Kontak langsung, yakni pada saat terjadi perkawinan dengan pejantan yang tampaknya sehat tapi membawa penyakit.
  • Melalui pakan dan air minum yang ditulari oleh janin yang digugurkan.
  • Melalui luka.
Pencegahan (pengobatan)
  • Lakukan sanitasi atau kebersihan terhadap kandang dan segala peralatan secara teratur. Upaya ini hendaknya dilakukan dengan penyemprotan secara periodik dengan obat-obatan pencuci hama.
  • Penderita disendirikan.
  • Usahakan pengebalan dengan cara vaksinasi sebelum sapi dikawinkan.
  • Selalu waspada terhadap bibit-bibit yang baru dibeli.
  • Cara pengobatan belum berhasil baik.
Kutu Busuk (Food Rot)
Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut.
  • Diawali adanya pembengkakan pada celah kuku dan sekitar tumit. Kemudian diikuti keluarnya cairan berwarna putih kekuningan yang sangat kotor dan bau.
  • Selaput kuku mengelupas karena jaringannya mati.
  • Penderita menjadi pincang karena kesakitan bahkan bisa lumpuh.
Penyebab : Penyebabnya adalah kuman Fusiformis necrophorus. Kuman ini bisa bertahan hidup bertahun-tahun pada celah kuku sapi. Akan tetapi, jika kuman itu berada di lapangan penggembalaan atau di dalam kotoran sapi dan sebagainya, ia hanya bisa bertahan sampai tiga minggu.
Penularan dan penyebaran
Tempat yang ideal bagi hidup kuman ialah pada kulit yang luka, lecet, goresan serta pada celah-celah kuku dan tumit sapi. Luka yang terjadi pada kuku dapat diakibatkan oleh sebab-sebab di bawah ini.
  • Sapi berjalan di tempat yang keras, tajam atau kasar ataupun karena batu yang masuk ke dalam celah kuku.
  • Kaki sapi kena paku, pecahan kaca, tonggak yang tajam.
  • Kondisi kuku itu sendiri yang lemah atau lunak karena sapi selalu berada di kandang terus-menerus sepanjang waktu.
  • Lantai yang selalu basah dan lembab akibat air, air kencing bercampur lumpur dan kotoran sapi itu sendiri.
Akibat : Sekali kuman itu masuk ke dalam luka dan seketika itupun mulai berkembang biak dengan pesat yang mengakibatkan bengkak dan jaringan-jaringan yang kena serangan menjadi rusak (mati) sehingga timbul pembusukan yang sangat berbau.
Jika peternak lalai di dalam menangani penyakit ini maka kuman lain akan masuk ke dalamnya yang mengakibatkan komplikasi kedua yang bisa menjalar ke pergelangan kaki.
Pencegahan (pengobatan)
  • Membersihkan celah kuku dengan cara merendamnya ke dalam cairan atau larutan copper sulphate 3% atau larutan formalin 10 persen.
  • Pengobatan dengan injeksi sulfa atau antibiotik. Selama pengobatan, kaki harus dijaga agar selalu dalam keadaan kering.
Cacing Hati
Gejala
  • Penderita menjadi kurus, lesu dan pucat. Berat badan berkurang.
  • Kadang-kadang sapi menjadi busung pada berbagai bagian tubuhnya.
Penyebab : Cacing hati (Fasciola hepatica) ini menyerang ternak sapi berbagai umur. bentuknya segitiga, pipih, berwarna abu-abu kehijauan sampai kecokelatan. Panjangnya bisa mencapai 2-3 cm. Cacing ini mengalami siklus hidup yang kompleks.
Penularan (penyebaran) : Penyebarannya melalui pakan dan air minum, khususnya melalui dedaunan atau rerumputan yang telah ditulari larva (tempayak).
Akibat : Pengaruh cacing ini tergantung pada banyak larva yang masuk ke dalam tubuh dan kondisi tubuh ternak itu sendiri. Cacing ini menyebabkan penderitaan yang kronis, menahun, kekurangan darah dan gizi. Pertumbuhan menjadi lambat. Timbul peradangan hati dan empedu.
Pencegahan (pemberantasan) :
  • Pembasmian penyakit terutama ditujukan kepada pembasmian siput, bekicot. Misalnya tidak dibiarkan lapangan pangonan tergenang air atau drainase jelek. Memberikan copper sulphate di lapangan penggembalaan atau trusi. Hal ini harus dilakukan karena perkembangan cacing hati oleh siput sebagai hospes perantara.
  • Mengobati penderita dengan Hexachlorophene.
Siklus hidup : Cacing hati yang masih muda berupa larva berasal dari telur yang menetas di dedaunan atau rerumputan yang basah. Larva itu berenang-renang mencari siput atau bekicot yang hidup di tempat-tempat yang basah atau tergenang air, seperti rawa-rawa, payau dan sebagainya.
Di dalam tubuh siput, larva mengalami beberapa fase perkembangan dengan cara membelah diri dan berubah bentuk. Setelah 6 minggu dalam tubuh siput, mereka mengalami perkembangan yang sempurna dan kemudian keluar dari tubuh siput.
Larva yang baru saja keluar dari tubuh siput aktif berenang-renang dan menempel pada dedaunan atau rerumputan yang berada di dekatnya dan membungkus dirinya dengan suatu kista sebagai perlindungan. Namun, mereka tidak kuat bertahan terhadap kondisi yang kering.
Bersama-sama rumput yang termakan hewan, kista masuk ke dalam alat pencernaan. Kemudian dinding kista hancur dan cacing hati yang masih muda tadi muncul. Akhirnya mereka menembus dinding-dinding usus, pindah ke hati bersama aliran darah. Parasit-parasit muda tadi akan berada dalam hati selama 6 – 8 minggu.
Sesudah mereka mengalami kedewasaan, parasit berpindah ke saluran empedu dan bertelur di situ. Telur-telur tadi berpindah ke alat pencernaan melalui saluran darah dan kemudian keluar dari tubuh hewan bersama kotoran.
Stomach Worm atau Cacing Perut
Gejala
  • Penderita tampak pucat karena kekurangan darah (anemia).
  • Kondisi menurun, pertumbuhan lambat, berat badan turun.
  • Kotoran encer, diare.
Penyebab : Ada berbagai jenis cacing yang hidup di dalam perut keempat (abomasum) dan usus. Cacing-cacing itu (Parasitic Gastro Enteritis) bisa menimbulkan gangguan penyakit, seperti anemi, radang, gangguan pencernaan dan sebagainya. Ribuan cacing dari berbagai ukuran tinggal di dalam perut. Sebagian sulit diamati dengan mata karena terlalu kecil. Pedet dan sapi-sapi muda yang menjadi sasaran utama cacing-cacing ini. Sapi-sapi dewasa yang umurnya lebih dari dua tahun akan tahan terhadap infeksi cacing.
Penularan (penyebaran) :Penularan atau penyebaran cacing ini melalui pakan atau air minum yang telah dicemari oleh larva (tempayak).
Akibat serangan bisa menimbulkan penyakit kekurangan gizi, mudah kena infeksi penyakit lain.
Siklus hidup
Telur cacing keluar dari tubuh hewan bersama kotoran, kemudian jatuh di tanah. Pada kondisi yang cocok karena kelembaban dan hawa serta zat asam menguntungkan baginya, maka dalam waktu 4-5 hari telur akan menetas menjadi larva dan kemudian akan menempel pada dedaunan dan rerumputan. Pada saat rumput dimakan sapi, maka cacing yang masih muda atau berupa larva tadi ikut masuk ke dalam tubuh hewan. Jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan karena terlalu panas atau kering, maka larva akan mati dalam waktu beberapa hari saja. Mereka bisa bertahan hidup berbulan-bulan apabila kondisi menguntungkan.
Pencegahan (pengobatan)
  • Hindarkan kepadatan populasi ternak di dalam kandang ataupun di lapangan penggembalaan.
  • Jangan sekali-kali menggembalakan pedet di tempat yang habis dipakai untuk menggembalakan sapi dewasa.
  • Pakan yang diberikan harus cukup dan baik guna menguatkan tubuh. Pedet tidak terlalu peka terhadap infeksi cacing. Pada pedet yang sehat, cacing-cacing yang berada di dalam perut akan mati dengan sendirinya karena tidak bisa berkembang.
  • Memberikan obat cacing Anthelimintic secara periodik.
Cacing Paru-paru (Husk)
Gejala
  • Pada awalnya, penderita berulang kali batuk-batuk.
  • Pernafasan meningkat lebih cepat.
  • Kondisi tubuh menurun, hewan kurus, kehilangan berat badan.
Penyebab : Cacing ini tinggal dan bertelur di dalam paru-paru. Setiap hari cacing paru-paru bisa bertelur sampai ribuan. Telur itu bisa berpindah ke dalam perut atau alat pencernaan pada saat penderita batuk, yaitu terlepas ke mulut dan dari mulut masuk ke dalam perut atau usus bersama dengan pakan yang tertelan. Selama perjalanan di dalam tubuh hewan, telur tadi mengalami perkembangan dan perubahan menjadi larva. Larva yang berada di dalam perut akhirnya keluar dari tubuh hewan jatuh ke tanah bersama kotoran. Jika larva itu memperoleh kondisi yang sesuai, lembab udara dan yang menguntungkan baginya, larva bisa bertahan hidup sampai setahun. Sebaliknya jika kondisi lingkungan terlalu kering dan larva tidak bisa berlindung, maka mereka tak akan bisa bertahan lebih dari sebulan.
Pada saat pedet makan rumput yang tercemar larva, larva itu masuk ke dalam tubuh pedet, yakni di dalam usus halus, kemudian menembus dinding usus pindah ke paru-paru. Sesudah 28 hari larva itu berada di dalam tubuh hewan, mereka akan mengalami kedewasaan dan bertelur di dalam paru-paru.
Penularan (penyebaran) : Penyebaran cacing paru-paru ini dari penderita kepada sapi yang sehat lewat pakan yang telah tercemar larva.
Akibat : Oleh karena ribuan cacing berada di dalam paru-paru, maka paru-paru sapi menjadi bengkak akibat jaringan-jaringan paru-paru rusak. Akibat yang lebih jauh, penderita bisa pneumonia bahkan bisa lebih fatal lagi yakni penderita bisa mati.
Pencegahan (pengobatan)
  • Sebaiknya sapi merumput di lapangan rumput yang kering.
  • Memberikan air minum yang bersih pada sapi yang sekiranya bersih dari pencemaran larva.
  • Hindarkan penggunaan pupuk kandang di lapangan penggembalaan yang berasal dari kotoran sapi yang menderita penyakit cacing paru-paru.
  • Diberikan pakan yang baik.
  • Lakukan pengobatan dengan Anthelmintic.
Bloat
Bloat adalah keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tak bisa cepat keluar.
Gejala
  • Lambung pada sebelah kiri atas membesar dan kencang .
  • Bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat rentangan perut yang begitu kencang.
  • Pernafasan terganggu dan bekerja berat, demikian pula kontraksi rumen yang sangat kuat.
Akibat : Rumen merupakan bagian dari perut yang paling besar dengan kapasitas 100-230 liter. Rumen tersebut terletak pada bagian sebelah kiri. Oleh karena itu, jika sapi menderita bloat, perut kiri tampak menonjol, karena rumen yang mengembang mendorong ke arah luar, bahkan ke segala arah, termasuk mendorong sekat rongga dada yang memisahkan isi perut dan dada yang di dalamnya terdapat paru-paru dan hati. Kejadian ini mengakibatkan pernafasan dan sirkulasi darah terganggu. Akibat lebih jauh, hewan goyah bahkan bisa jatuh, tidak bisa berjalan, tidak bisa bangun kembali dan dalam waktu yang singkat penderita akan mati.
Penyebab : Kasus bloat semacam ini banyak dialami oleh sapi yang merumput pada lapangan penggembalaan yang masih basah karena embun pagi, sapi yang makan biji-bijian gilingan halus terlalu banyak, tetapi kurang mendapatkan hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang terlalu banyak makan hijauan dari jenis leguminose. Jenis leguminose hanya bisa diberikan maksimal 50 persen.
Pencegahan :
  • Hindarkan pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminose yang terlalu banyak.
  • Sekali-kali jangan menggembalakan sapi di lapangan penggembalaan pada pagi hari yang rumputnya masih basah karena embun atau air hujan.
  • Berikan pakan pendahuluan berupa jerami kering kepada sapi-sapi yang lapar sebelum digembalakan. Jerami kering akan bisa dipertahankan kontraksi refleksi rumen secara normal.
Pengendalian (Pengobatan)
Bagi penderita bisa diatasi dengan dua macam cara sebagai berikut.
  • Penderita diberi minum minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya minyak kacang tanah sebanyak 0,6 liter ditambah minyak terpentin 28 cc, sebab minyak itu bisa menghancurkan buih yang terbentuk dalam rumen yang menghalangi keluarnya gas. Penderita juga bisa diberikan preparat silicone guna menghindarkan rentangan permukaan rumen dan sekali-kali bisa menghacurkan buih.
  • Jika keadaan penderita memang sudah parah, maka gas harus diupayakan bisa keluar secepatnya, yakni dengan cara menusuk perut sebelah kiri dengan trocar dan canulla. Tempat penusukan pada bagian belakang rusuk yang terakhir atau pada ujung pinggang. Canulla bisa membuat lubang yang lebar, tetapi meninggalkan bekas yang sekecil mungkin.

date Sabtu, 12 Mei 2012

2 komentar to “Jenis Penyakit pada Sapi Potong beserta Pencegahannya”

  1. Susu Kambing Etawa
    7 Januari 2015 pukul 02.17

    Harus waspada nih....
    Thanks ifo dan tips2 pencegahanya
    Sangat membantu :)

  1. Veterinary Indonesia ( Iyan Kurniawan, DRH)
    15 September 2015 pukul 17.56

    bagus sekali infonya...

Leave a Reply:

Popular Posts