Banyak
pasangan suami istri yang belum dikaruniai buah hati menggunakan
berbagai cara untuk mendapatkan kehamilan. Mulai dari pengobatan dokter,
hingga herbal. Salah satu metode kedokteran yang paling populer untuk
membantu mempercepat proses kehamilan adalah dengan proses inseminasi
buatan.
Secara sederhana, inseminasi buatan berarti proses penempatan sperma
dalam organ reproduksi wanita dengan tujuan untuk mendapatkan kehamilan. Inseminasi harus dilakukan pada masa paling subur dari seorang wanita, yakni sekitar 24-48 jam sebelum ovulasi terjadi.
Inseminasi buatan yang paling populer digunakan
adalah IUI atau intrauterine insemination.
IUI merupakan proses fertility treatment yang melibatkan air mani yang
dicuci dan kemudian mentransfer air mani tersebut ke dalam rahim wanita
dengan menggunakan jarum suntik khusus. Cara ini merupakan cara yang
paling umum dan biasanya berhasil.
Tapi, selain IUI, ada juga beberapa proses inseminasi lain yang perlu kita ketahui:
Intravaginal Insemination (IVI)
IVI adalah jenis inseminasi yang paling sederhana, dan melibatkan
penempatan sperma ke dalam vagina wanita. Idealnya, sperma harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan leher rahim. Metode inseminasi ini
dapat digunakan bila menggunakan sperma donor, dan ketika tidak ada
masalah dengan kesuburan wanita. Namun, tingkat keberhasilan IVI tidak
sesukses IUI, dan ini merupakan proses inseminasi yang tidak umum.
Intracervical Insemination (ICI)
Dengan proses ICI, sperma ditempatkan secara langsung di dalam leher
rahim. Sperma tidak perlu dicuci, seperti dengan IUI, karena air mani
tidak langsung ditempatkan di dalam rahim. ICI lebih umum daripada IVI,
tapi masih belum sebaik IUI dari prosentase keberhasilannya. Dan lagi,
biaya inseminasi dengan ICI biasanya lebih rendah daripada IUI karena
sperma tidak perlu dicuci.
Intratubal Insemination (ITI)
Proses ITI merupakan penempatan sperma yang tidak dicuci langsung ke
tuba fallopi seorang wanita. Sperma dapat dipindahkan ke tabung melalui
kateter khusus yang berlangsung melalui leher rahim, naik melalui
rahim, dan masuk ke saluran tuba. Metode lainnya dari ITI adalah dengan
operasi laparoskopi.
Sayangnya, inseminasi melalui ITI memiliki resiko lebih besar untuk
infeksi dan trauma, dan ada perdebatan dikalangan ahli tentang
kefektifannya daripada IUI biasa. Karena sifatnya invasif, biaya ITI
lebih tinggi, dan tingkat keberhasilannya tidak pasti.
Dengan adanya proses inseminasi ini, banyak pasangan yang akhirnya
berhasil memiliki buah hati. Namun, sering kali kemajuan teknologi ini
disalahgunakan. Yang paling populer adalah dengan adanya donor sperma,
terutama bagi kalangan lesbian atau penganut kebebasan hidup.
Dalam Islam, tidak diperkenankan menggunakan proses inseminasi ini
dengan menggunakan sperma orang lain, kecuali sperma milik suaminya yang
sah. Atau sebaliknya, tidak diperkenankan menanamkan sperma pada rahim
wanita yang bukan istrinya secara sah. Wallahu a’lam.