Penggunaan antibiotik sekarang ini mengkhawatirkan. Sebagian dokter menganggap obat ini cukup mujarab untuk melawan kuman yang masuk ke tubuh. Efek antibiotik ibarat bom. Dia menyapu semua bakteri dan menekannya hingga mati. Sayangnya, antibiotik yang hanya efektif melawan bakteri ini sering diresepkan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus justru tidak mempan dibasmi antibiotik.
Bakteri yang terkena antibiotik dan belum mati dan akan terus menguatkan diri sehingga lebih tahan terhadap serangan antibiotik yang sama. Jika sudah begini, pasien perlu antibiotik yang lebih kuat lagi. Dan, saat bakteri mampu resistan dengan produk antibiotik yang dianggap paling kuat, keadaannya menjadi bakteri super. Dia menjadi raja penyakit atas diri seorang pasien. Obat-obatan tidak ampuh lagi melawan bakteri itu.
Adakah antibiotik yang kuat dan mampu melawan bakteri super? Jawabannya adalah madu. Cairan yang dihasilkan lebah ini ternyata punya senyawa yang mampu melawan bakteri patogen tanpa menimbulkan efek samping.
Profesor Rose Cooper dari University of Wales Institute Cardiff mencoba madu untuk digunakan melawan bakteri super dari jenis Pseudomonas aeruginosa, Group A Streptococci dan Meticillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Ternyata, madu tersebut mampu menghalangi bakteri masuk ke jaringan . Hal ini mencegah terjadinya infeksi akut.
Ketika bakteri super dilawan dengan madu, bakteri tersebut akhirnya kembali menjadi sensitif terhadap antibiotik dari produk farmasi. Kekuatan bakteri super menjadi berkurang. Akhirnya, bakteri bisa kembali dilawan dengan antibiotik biasa.